Tuesday 23 December 2014

Pemikiran Aristoteles tentang Etika dan Negara


filsafat Aristoteles mempengaruhi filsafat seterusnya, yakni etika, dan sebagai lanjutannya filsafat negara. Etika Aristoteles bertitik pangkal pada kenyataan bahwa manusia hendak mengejar kebahagiaan (”eudaimonia“). Sarana-sarana dan upaya-upaya yang dipilih manusia, dinilai berdasarkan tujuan tersebut. Kebahagiaan itu menyangkut manusia jiwa-raga sebagai anggota masyarakat, karena manusia ialah makhluk yang “hidup ber-polis” (polis: kota sebagai kesatuan negara pada masa Yunani kuno, sudah lama sebelum Aristoteles). Manusia ialah “zoon politikon“. Ciri manusia sebagai makhluk hidup adalah hidup dalam polis, maka Aristoteles sangat menekankan sosialitas manusia. Masyarakat dalam bentuk negara itu dilihat Aristoteles sebagai suatu lembaga kodrati (”natural institution“), yaitu bukan berdasarkan persetujuan (”convention“) saja seperti diajar oleh para sofis dan skeptikus pada masa itu. Dengan demikian semua warganegara wajib takluk pada negara, kepada para pemimpin dan kepada undang-undang. Dalam filsafatnya, Aristoteles mempunyai kecenderungan ke arah suatu totalitarisme negara. Negara itu di atas keluarga dan negara pun menyelenggarakan pendidikan. Pemimpin negara dapat dibentuk menurut beberapa pola berdasarkan pengamatan dan data-data yang diperoleh Aristoteles, antara lain melalui para muridnya. Monarki ialah cara pemerintahan di bawah satu (”monos“) orang saja, yang dapat merosot menjadi tirani. Aristokrasi merupakan cara pemerintahan di bawah sekelompok orang yang dinilai sebaik yang terbaik (”aristoi“), dan dapat merosot menjadi oligarki (dikuasai oleh “segerombolan” orang yang bersekongkol). Demokrasi yang diberi juga nama “politeia” berada di bawah kuasa rakyat (”demos“), yang dapat merosot menjadi anarki (tanpa “arkhe” atau asas). Aristoteles tidak memilih salah satu dari ketiga bentuk dasar itu. Ia juga tidak suka memakai perbandingan dengan susunan manusia seperti Plato.


Pemikiran Aristoteles Tentang:

Logika
Penemuan Aristoteles yang terbesar dalam bidang logika adalah silogisme (syllogismos). Silogisme maksudnya uraian berkunci, yaitu menarik kesimpulan dari kenyataan yang umum atas hal yang khusus.
Menurut Aristoteles, pengatahuan baru dapat dihasilkan melalui dua cara: pertama induksi, yaitu dengan bertolak dari kasus-kasus khusus, menghasilkan pengatahuan tentang yang umum. Kedua deduksi. Deduksi bertolak dari dua yang tidak disangsikan dan atas dasar itumenyimpulkan kebenaran yang ketiga. Cara deduksi inilah yang disebut silogisme.
Induksi tergantung pada pengatahuan indrawi, sedangkan deduksi atau silogisme sama sekali lepas dari pengatahuan indrawi. Itulah sebabnya Aristoteles menganggap deduksi sebagai cara sempurna menuju pengatahuan baru.

Alam
Kosmos terdiri dari dua wilayah yang sifatnya berbeda. Wilayah sublunar (di bawah bulan, maksudnya bumi) dan wilayah yang meliputi bulan, planet dan bintang. Ia juga beranggapan bahwa jagat raya terbatas, berbentuk bola dan jagat raya tidak mempunyai permulaan dalam waktu dan tidak mempunyai akhir, kekal.
Bumi dan isinya terdiri dari empat unsur: api, udara, tanah dan air. Sedangkan selain bumi hanya terdiri dari satu unsur, yaitu aether.
Penggerak pertama adalah yang tidak digerakkan.

Etika
Eodaemonie (kebahagiaan) adalah merupakan tujuan tertinggi dalam kehidupan manusia. Unsur terpenting dalam kebahagiaan manusia ialah ketika ia menjalankan aktifitas yang spesifik baginya, yaitu pikiran. Bagi manusia, kebahagiaan ialah memandang kebenaran (theoria; kontemplasi).
Yang menjadi ukuran ialah gunanya yang peraktis. Tujuan berpikir atau memandang kebenaran bukan sekedar mengatahui, melainkan berbuat. Bukan untuk mengatahui apa budi itu, melainkan supaya menjadi orang yang berbudi.

Politik
Ada tiga bentuk Negara:
Monarki, lawannya Tirani
Aristokrasi, lawannya Oligarki
Politeia, lawannya Demokrasi

Metafisika
Metafisika berpusat pada persoalan “barang” dan “bentuk”. Bentuk dikemukakan sebagai pengganti pengertian Dunia Idea Plato yang ditolaknya. Berbeda dengan Plato yang memisahkan Idea dan kenyataan lahir, Aristoteles beranggapan bahwa bentuk ikut serta memberikan kenyataan kepada benda. Benda dan bentuk tak dapat dipisahkan. Barang ialah materi yang tidak mempunyai bangun, substansi belaka. Bentuk ialah bangunnya.

Psikologi
Jiwa dan benda adalah dua aspek yang menyangkut satu substansi saja. Dua aspek ini mempunyai hubungan satu sama lain sebagai hubungan satu sama lain sebagai materi dan bentuk. Sebagaimana semua makhluk fisis terdiri dari materi dan bentuk, demikian pula makhluk fisis yang mempunyai psyche (makhluk yang hidup) terdiri dari materi dan bentuk. Benda adalah materi dan jiwa adalah bentuknya.
(Heru)







Aristoteles, Filsuf Yang Paling Berpengaruh

Aristoteles (Bahasa Yunani: ‘Aριστοτέλης Aristotélēs), (384 SM – 322 SM) adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia menulis berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi. Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat.

Riwayat hidup
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles bergabung menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Perubahan politik seiring jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur dari Athena guna menghindari nasib naas sebagaimana dulu dialami Socrates. Aristoteles meninggal tak lama setelah pengungsian tersebut.

Pemikiran
Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, dan Ilmu Alam.

Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam.

Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.

Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).

Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis): Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor) Sokrates adalah manusa (premis minor) maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati

Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki.

Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.

Pengaruh
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation), banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut karena dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru.

Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of those who know", sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.

sumber: id.wikipedia




No comments:

Post a Comment