a. Ruang
lingkup dakwah
Dakwah berasal dari kata يدعو
- دعوة دعا
-
Yang berarti mengajak, memanggil dan menyeru.
Sedangkan orang yang mengajak disebut da’i. Menurut Thoha Yahya Umar
mendefinisikan dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada
jalan yang benar sesuai dengan tuntunan Tuhan untuk kemaslahatan dan
kebahagiaan dunia dan akhirat. [1]
Menurut S. M Nasaruddin Latif
dakwah adalah usaha dengan lisan atau tulisan dan lainnya yang bersifat
menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah
sesuai dengan garis–garis akidah syariah serta akhlak islamiah.[2]
Dari penje lasan di atas kegiatan dakwah meliputi ajakan
untuk beriman dan menaati Allah atau memeluk islam, melaksanakan amal kebaikan
(amar ma’ruf) dan mencegah perbuatan mungkar (nahi munkar) dalam
usaha mendekatkan diri kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Islam adalah agama dakwah yang menugaskan umatnya untuk
menyebarkan dan mensiarkan islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmatan
lil alamin. Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan
kesejahteraan manakala ajarannya dijadikan sebagai pedoman hidup dan
dilaksanakan secara konsisten serta konsekuen.
Oleh karena itu pelaksanaan dakwah dalam usahanya mendekatkan
diri kepada Allah meliputi segala aspek yang sangat terkait antara satu dengan
yang lain. Untuk itu, unsur penunjang kesuksesan sebuah dakwah harus terpenuhi.
Sebagai ahli hikmah dalam dakwahnya, da’i harus menguasai
dasar-dasar dakwah atau rukun-rukun dakwah agar mampu berjalan dengan lancar
dan tidak diragukan lagi fiqh tentang rukun–rukun dakwah dalam Al-Qur’an, Allah
berfirman :
قُلْ
هَذِهِ سَبِيْليِ أَدعُو اِلىَ اللهِ عَلىَ بَصِيْرَةِ
اَنَا وَمِنَ اتَّبَعَنِ وَسُبْحَنَ اللهِ
وَمَآ اَناَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ.
Artinya :
Katakanlah
inilah jalan agamaku, aku dan orang-orang yang mengikuti mengajakmu kepada
Allah dengan hujjah, maka maha suci Allah dan aku tiada termasuk orang-orang
musyrik. (Q.S Yusuf: 108)
1.Subjek dakwah
(da’i)
Seorang da'i wajib
mengetahui hakekat dirinya, tugas-tugasnya,
syarat-syaratnya, bekalnya dan akhlaknya. Untuk itu idealnya seorang
da’i yang profesional memenuhi syarat sebagai berikut:[3]
a)
Syarat yang bersifat akidah
b)
Syarat yang bersifat ibadah
Seorang da’i
banyak memberi contoh dalam menjalankan ibadah, baik itu yang diwajibkan Allah
atau yang disunahkan Allah.
c)
Syarat yang bersifat ilmiah
Salah satu dengan
menguasai ilmu agama, ilmu umum, cerdas serta intelektual serta mampu mengikuti
arus perkembangan zaman.
d)
Syarat yang bersifat akhlakul
karimah
Syarat yang
bersifat akhlakul karimah tidak hanya berkaitan dengan manusia (hablum minannas)
tetapi juga (hablum minallah) sabar, syukur, tawakal, dan
beribadah dengan mengharapkan ridho Allah .
e)
Syarat yang bersifat jasmani
Sehat secara fisik
ataupun mental, sebagai salah satu usaha untuk memperlancar kesuksesan dakwah.
f)
Syarat kelancaran berbicara
(retorika)
Seorang da’i harus
berbicara dengan fasih serta bisa di terima dengan akal sehingga dengan bahasa
yang dilontarkan bisa menyentuh perasaan si pendengar.
g)
Syarat mujadalah
Seorang da'i harus
bersemangat dalam berdakwah berjuang menegakkan agama Allah dengan mengharap
ridhonya .
2)
Objek sasaran dakwah
Mad’u adalah isim maf’ul dari da’a,
berarti orang yang diajak, atau dikenakan perbuatan dakwah, laki-laki atau
perempuan, tua atau muda semua manusia tanpa terkecuali.[4] Bila dilihat kondisi masyarakat yang majemuk
dengan karakteristik yang berbeda maka dituntut, penggunaan metode dan strategi
dakwah yang efektif dan efisien. Untuk itu sasaran dakwah yang di lakukan kaum
muslimin tidak dibatasi pada satu kaum saja melainkan rahmatan lil alamin.
Sementara Hamzah Ya’cub dalam buku Publisitik Islam
mengemukakan sasaran dakwah sebagai berikut :[5]
1. Umat rasional
Yaitu
orang yang berfikir kritis, berpendidikan, berpengalaman serta terbiasa
berfikir mendalam.
2. Umat tradisional
Yaitu orang yang
mudah dipengaruhi oleh faham baru tanpa pertimbangan lebih dahulu, kemudian
mengikutinya tanpa berfikir salah atau benar
3. Umat bertaklid
Yaitu orang yang
fanatik buta dan berpegang pada tradisi yang turun-temurun dipandang benar
tanpa diselidiki dahulu
3)
Pesan dakwah
Pesan dakwah dalam hal ini pernyataan yang terdapat pada
sumber atau bahan dalam mencapai tujuan dakwah. Sumber pokok yang dimaksud
Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah, berupa petunjuk, tuntunan dan hukum bagi
kehidupan manusia. Menurut M. Natsir dalam Fiqh ad-Dakwah membagi pesan dakwah ke dalam
tiga bagian :[6]
1)
Menyempurnakan hubungan manusia
dengan khalik-nya hablumminallah atau mu’amalah ma’al khalik.
2)
Menyempurnakan hubungan manusia
dengan sesama manusia, hablumminannas atau mu’amalah ma’annas.
3)
Mengadakan keseimbangan (tawazun)
antara kedua itu dan mengaktifkan
keduanya selaras dan seimbang .
4)
Tujuan dakwah
Tujuan dakwah yang dilakukan da’i, mengajak manusia ke jalan
Allah dan menyembah-Nya dengan tidak menyekutukan selain Allah. Menyeru kepada
manusia mengindahkan seruan Allah dan rasul-Nya serta memenuhi panggilan-Nya
untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Dalam Al-Qur’an Allah
berfirman :
يَاَيُّهَا النَّبىِ
اِنَّا اَرْسَلْنكَ شاَهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيْرًا وَدَاعِيًا اِلَى اللهِ
بِاِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
Artinya:
Hai Nabi,
sesungguhnya kami mengutusmu untuk menjadi saksi dan pembawa kabar gembira dan
pemberi peringatan ,dan untuk menjadi da'i (penyeru) kepada (agama) Allah
dengan izin-Nya untuk menjadi cahaya yang menerangi (Al Azhab 45-46).
Aktivitas dakwah dari masa ke masa disatukan satu tujuan
utama yaitu menyeru ke jalan Allah. Apabila tujuan dakwah selain Allah atau
menyertakan tujuan-tujuan yang lain seperti tujuan duniawi dan segala bentuk
kepentingan pribadi selain Allah adalah penyimpangan.
5) Metodologi dakwah
Secara umum metodologi dakwah merupakan interpretasi dari
ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang memuat prinsip-prinsip metode dakwah dalam
menyeru dan mengajak manusia ke jalan Allah. Maka, penyampaian risalah dakwah
kepada mad’u hendaknya disesuaikan dengan pemahaman dan pengalaman
keagamaaannya. Maka, penyampaian dakwah dilakukan dengan hikmah sesuai dengan
firman Allah surat
An–Nahl ayat 125 :[7]
a.
Cara berdakwah dengan hikmah
ditujukan kepada ahli pikir dan ahli ilmu yang kritis.
b.
Cara berdakwah mawizhah hasanah
ditujukan kepada mereka masih awam.
c.
Cara berdakwah dengan mujadalah
dengan sebaik-baiknya ditujukan kepada orang yang tingkat pemikirannya tidak
dapat mencapai pada tingkat sebagai ahli pikir atau ahli yang matang ilmunya,
namun juga tidak jatuh ke tingkat berfikir orang awam. tanpa terkecuali.
2. Tinjauan Umum
Pengembangan Sumber Daya Manusia (da'I(
1. Pengembangan Sumber Daya Manusia (da’i)
Kata pengembangan berasal dari kata kembang, berkembang yang
berarti menjadi besar, tersebar. Adapun pengembangan yaitu cara atau hasil yang
mengembangkan.[8] Terjadinya perkembangan menurut Herbert karena adanya unsur-unsur
berasosiasi sebagai suatu simple atau unsur yang sedikit semakin lama semakin
banyak dan komplek.
Jadi pengembangan merupakan suatu perubahan yang menunjukkan
ke arah yang lebih besar dan lebih banyak. Hal ini disebabkan oleh dua unsur atau
lebih yang saling berhubungan hingga kecil menjadi besar yang diusahakan oleh
seorang atau kelompok dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Pengembangan atau pertumbuhan yang menggambarkan suatu proses
tambahnya identitas meningkatnya kemampuan dan kapasitas untuk
mempertahankannya, eksistensi, adaptasi terhadap lingkungan. Mewujudkan secara
efektif, sehingga proses perkembangan berdasarkan pada teori :[9]
1)
Evolusionisme: menggambarkan
perkembangan yang mengikuti jenjang tahap demi tahap menuju ke arah kemajuan
(progresif), ke arah yang semakin sempurnna
2)
Adaptasi: setiap perubahan yang senantiasa berusaha
untuk menyesuaikan dengan perubahan lingkungan (mempunyai) kehendak untuk
menciptakan struktur baru, bersifat inovasi dan modernisasi sehingga proses
tersebut lebih kepada bentuk perkembangan.
Pengembangan yang dimaksud adalah
jalannya proses suatu usaha yang dilaksanakan seorang atau kelompok untuk
mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Sumber daya manusia berarti segenap potensi
manusia yang dapat di aktualisasikan untuk melakukan sesuatu dalam pemenuhan
kebutuhan hidupnya.[10] Dimana Pengembangan Sumber Daya Manusia
merupakan suatu proses merencanakan pendidikan pelatihan dan pengelolaan tenaga
/ karyawan untuk mencapai suatu yang optimal.[11]
Jadi Pengembangan Sumber Daya manusia dalam organisasi dakwah, pada hakikatnya
adalah upaya untuk merencanakan (planning) meningkatkan kemampuan dengan
pendidikan dan pelatihan (education dan training) dan mengelola (managemen)
penyampai dakwah (da'i) sehingga di peroleh produktivitas dakwah. [12]
2.
Bentuk Pengembangan Sumber Daya Manusia
Menurut Canadian Internasional Agency
(CIDA) dimuat MC Whinney, kemudian dikutip Tadjudin Noer efendi[13]
mengemukakan bahwa :
Pengembangan menekankan sebagai alat (mens) mempunyai
tujuan akhir dalam jangka pendek dapat diartikan sebagai pengembangan
pendidikan dan pelatihan untuk memenuhi segala kebutuhan segera tenaga, ahli
tehnik, kepemimpinan ,tenaga administrasi dan tenaga ini di tujukan pada
kelompok sasaran untuk mempermudah mereka terlibat dalam sistem ekonomi di
negeri ini.
Salah satu bentuk pengembangan sumber
daya manusia meliputi pendidikan dan pelatihan (diklat) terutama dalam
mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian intelektual dan kepribadian
manusia. Pendidikan (education) dalamm suatu organisasi adalah suatu proses
pengembangan kemampuan kearah yang diinginkan oleh organisasi bersangkutan.
Sedangkan pelatihan (training) merupakan bagian kemampuan / keterampilan khusus
/sekelompok orang.[14]
Arah pendidikan di organisasi dakwah adalah untuk membentuk kredibilitas
,sedangkan pelatihan untuk mencapai kapabilitas bagi penyampai dakwah (da'i)
Pendidikan pada umumnya berhubungan
dengan mempersiapkan calon da'i yang di perlukan oleh suatu organisasi dakwah,
sedangkan latihan lebih berkaitan dengan peningkatan kemampuan /keterampilan
kader dakwah yang sudah menduduki suatu pekerjaan tugas tertentu.
Pendidikan dan pelatihan dalam suatu
organisasi dakwah sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia (da'i) adalah
suatu proses yang harus terus menerus untuk mengantisipasi perubahan -
perubahan yang terjadi di luar organisasi dakwah. Adapun tahap-tahap dalam
proses pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan adalah sebagai berikut:
1.
Menganalisa kebutuhan pendidikan
dan pelatihan [15]
a)
Analisis organisasi yang pada
intinya menyangkut pertanyaan di mana atau bagaimana didalam suatu organisasi
dakwah ada personil yang memerlukan pendidikan.
b)
Analisis aktivitas,yang antara
lain menjawab pertanyaan: apa yang harus diajarkan atau di berikan dalam diklat
agar peserta mampu melakukan aktivitas secara efektif.
c)
Analisis pribadi, yang menjawab
pertanyaan: Siapa yang membutuhkan diklat dan bentuknya apa.Adanya penilaian
dari masing-masing pribadi mengenai
kemampuan dari tiap individu.
2.
Menetapkan tujuan
Tujuan
pendidikan dan pelatihan pada dasarnya adalah perumusan kemampuan yang
diharapkan dari diklat tersebut. Karena tujuan diklat adalah perubahan perilaku
(kemampuan), maka tujuan diklat di rumuskan dalam bentuk perilaku (behavior
objectives).[16]
Misalnya setelah mengikuti diklat diharapkan peserta dapat melakukan ceramah
secara benar. Sedangakan menurut Abdurrrahman Saleh Abdullah, klasifikasi
tujuan pendidikan adalah:
a.
Tujuan pendidikan jasmani (Ahdhaf
al-Jismiah), yaitu mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas
khalifah di bumi, melalui keterampilan- keterampilan fisik.
b.
Tujuan pendidikan Ruhani (Ahdhaf
al-Ruhaniyah), meningkatkan jiwa jiwa kesetiaan yang hanya kepada Allah dan
melaksanakan moralitas islami yang diteladani oleh nabi SAW dengan berdasarkan
cita-cita ideal dalam Al-Quran.
c.
Tujuan pendidikan Akal (Ahdhaf
al-Aqliyah),pengarahan intelegensia untuk menemukan kebenaran dan
sebab-sebabnya tanda-tanda kekuasaan Allah dan menemukan pesan-pesan ayat yang
membawa iman kepada Allah dan menemukan pesan-pesan ayat yang membawa iman
kepada pencipta.
d.
Pendidikan sosial (Ahdhaf
al-Ijtima'iyah), guna membentuk kepribadian yang utuh dalam pengaktualisasian
di masyarakat.[17]
3. Pengembangan
Materi
Dari tujuan–tujuan yang telah di
rumuskan akan di ketahui kemampuan–kemampuan apa yang harus di berikan dalam
diklat. Sehingga selanjutnya dapat diidentifikasi materi yang di berikan dalam
diklat tersebut.
4. Evaluasi
Setelah berakhirnya diklat, dilakuakan
evaluasi. Yang perlu dievaluasi adalah peoses penyelenggaraan diklat dan juga
evaluasi terhadap hasil sejauh mana materi yang di berikan dapat di kuasai oleh
peserta diklat.
3.
Metodologi Pengembangan Sumber
Daya Manusia
Dalam buku Pengembangan sumber daya manusia, Soekidjo
Notoatmodjo mengemukakan bahwa pada garis besarnya ada dua macam metode yang di
gunakan dalam mengembangkan sumber daya manusia yaitu:[18]
a)
Metode "Off The Job Site"
(di luar kegiatan)
Pengembangan sumber daya manusia melalui diklat menggunakan metode ini
berarti peserta didik keluar sementara dari kegiatannya, untuk mengikuti
diklat. Pada umumnya metode ini mempunyai dua macam tehnik, yaitu :
a.1 Tehnik Presentasi Informasi
Yang dimaksud dengan tehnik ini adalah menyajikan informasi
yang tujuannya mengintroduksikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan baru
kepada para paserta didik. Harapan akhir dari proses pengetahuan, sikap dan
keterampilan peserta diadopsi oleh peserta diklat. Termasuk dalam tehnik ini
antara lain : ceramah biasa, diskusi, tehnik pemodelan perilaku dan tehnik
magang.
a.2 Tehnik Simulasi adalah peniruan karakteristik atau
perilaku tertentu dari dunia riil sedemikian rupa sehingga, para peserta didik
dapat merealisasikan seperti keadaan sebenarnya .
Metode-Metode simulasi ini mencakup:
imulator alat -alat, studi kasus, permainan peran , tehnik di dalam keranjang.
b)
Metode "On The Job Site” (Di
dalam Kegiatan)
Pelatihan ini berbentuk penugasan peswerta didik baru kepada
yang telahberpengalaman (senior). Hal ini berarti, kepada peserta didik yang
sudah berpengalaman untuk membimbing atau megajarkan kepada yang baru .
Selanjutnya, Edwin B. Fillopo,
mengemukakan ada empat metode dasar yang digunakan dalam Pengembangan sumber
daya manusia melalui pelatihan,[19]yaitu:
1)
Pelatihan di tempat kerja (On The
Job Training) keberhasilan pelatian tergantung para instruktur dalam
menjelaskan seperangkat prosedur untuk melaksanakan tugas tertentu yang
dikembangkan dari pengalaman dan penelitian.
2)
Sekolah Vestibul
Yaitu sekolah yang dibentuk untuk
mengatasi masalah pelatihan di tempat kerja untuk kebutuhan fungsional khusus
untuk para eksekutif dibidang personel manajemen dalam pengembangan diri sampai
proses produksi tertentu.
3)
Magang
Dirancang untuk keterampilan yang lebih tinggi yang
mengutamakan pengetahuan dalam pelaksanaan suatu keterampilan atau serangkaian
pekerjaan yang sangat berhubungan.
4)
Kursus-Kursus
Pelatihan ditujukan untuk megawasi keahlian dibidang
tertentu, dilakukan dalam waktu yang singkat, menutamakan sistem yang pratis
dan keberhasilannya memerlukan peran aktif peserta didik.
[1]
Toha Yahya Umar , Ilmu Dakwah , Jakarta
, Wijaya , hal. 1
[2]Nasarudin
Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiah, Firma Dara, Jakarta hal. 11.
[3].M.Masyhur
Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, Amien Pres Yogyakarta ,1997 hal. 70
[4]
Cahyadi Takariawan, Yang Tegar di Jalan Dakwah, Tiga Lentera Utama, Yogyakarta , 2003 hal. 32
[5]
Hamzah Ya’cub, Publisistik Islam,
Diponegoro, Bandung
1981 hal. 14
[6]
M.Natsir, Fiqhud Dakwah, Media Dakwah, 2000, hal. 36
[7]
Mashur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral. Hal.. 28
[8]
Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta 1983 hal. 137
[9]Sartono
Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Gramedia
Pustaka Umum, Jakarta
1993 hal. 162-163
[10]
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta, Balai Pustaka, 1988) hal. 86
[11]
Soekidjo Notoatmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia PT.Rineka Cipta, Jakarta hal..3
[12]
T.Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, BPFE
Yogyakarta, 1989, hal. 117
[13]
Tadjudin Noer Efendi ibid hal 5
[14] Agus
Tulus, Managemen Sumber Daya Manusia, Gramedia Pustaka Utama Jakarta
1992 hal. 10
[15]
Wexley dan Yukl, 1977, p.283, dikutip dari M.As'ad Psikologi Industri (Seri
Ilmu Sumber Daya Manusia) , (Yogyakarta :Liberty, 1987 ), hal. 70
[16]
Les Donaldson dan Edward E.Scannel, Pengembangan Sumber Daya Manusia (Panduan
Bagi Pelatih Pemula) Terjemahan, Jakarta Gaya Media Pramana 1993 hal. 64
[17]
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam (Triganda karya, Bandung , 1993, hal. 150
[18]
Soekidjo Notoatmodjo loc.sit hal..33-36
[19]
Bashir Barthos, Manajemen Sumber Daya Manusia: Suatu Pendekatan Makro,
Bumi Aksara, Jakarta ,
hal. 95
No comments:
Post a Comment