BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan manajemen pendidikan
ada beberapa fungsi manajemen yang harus diperhatikan didalam pelaksanaan
program pendidikan baik itu pembelajaran maupun yang lainnya, yang sangat harus
diperhatikan oleh pimpinan lembaga sekolah itu sendiri. Adapun fungsi manajemen
yang paling utama harus diperhatikan adalah perencanaan. Tanpa sebuah
perencanaan maka semua fungsi manajemen lainnya tidak akan bisa berjalan.
Sedangkan fungsi manajemen yang kedua adalah pengorganisasian. Pengorganisasian
dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan yang
lebih kecil. Serta mempermudah pimpinan melakukan pengawasan dan menentukan
orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi
tersebut. Didalam makalah ini penulis menfokuskan untuk membahas sebagian dari
fungsi manajemen yakni perencanaan dan pengorganisasian dalam manajemen
kurikulum pembelajaran suatu lembaga yang dilakukan oleh seorang pemimpin.
Sebagaimana kita
ketahui bahwa Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai komponen-komponen
yang saling berkaitan erat dan menunjang satu sama lain. Komponen-komponen
kurikulum tersebut terdiri dari tujuan, materi pembelajaran, metode, dan
evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum akan berjalan menuju suatu tujuan
pendidikan dengan adanya saling kerja sama diantara seluruh sub sistemnya.
Apabila salah satu dari variabel kurikulum tidak berfungsi dengan baik maka
sistem kurikulum akan berjalan kurang baik dan maksimal.
Berangkat dari bentuk
kurikulum tersebut, maka dalam pelaksanaan kurikulum sangat diperlukan suatu
perencanaan dan pengorganisasian pada seluruh komponennya. Adapun didalam
proses pengorganisasian ini akan berhubungan erat dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengontrolan. Maka dalam penerapan pelaksanaan kurikulum, seorang
yang mengelola lembaga pendidikan harus menguasai ilmu manajemen, baik untuk
mengurus pendidikan ataupun kurikulumnya. Dalam makalah ini penulis akan
menerangkan lebih jelas tentang penerapan manajemen dalam pelaksanaan
kurikulum, siapa saja pihak yang terkait dalam penentuan kurikulum dan
bagaimana peran pimpinan sekolah dalam memenej kurikulum yang ada dilembaga
tersebut.
B. Rumusan Masalah
dari latar belakang
diatas maka penulis rumuskan masalah nya sebagai “bagaimana manajemen kurikulum
serta implementasinya?”
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kurikulum dan Manajemen Kurikulum
Kurikulum merupakan
alat yang paling penting dalam keberhasilan suatu pendidikan, tanpa adanya
kurikulum yang baik dan tepat maka akan kesulitan dalam mencapai tujuan dan
sasaran pendidikan baik formal, informal dan non formal. Disuatu masyarakat
pola kehidupan senantiasa berubah, maka kurikulum pun demikian akan selalu
berubah, mengalami perbaikan dan pembaharuan. Dalam sejarah pendidikan
Indonesia, telah mengalami beberapa kali perbaikan dan tuntutan kebutuhan
masyarakat. Sebelum membahas signifikansi kurikulum bagi sebuah lembaga
pendidikan maka akan dibahas lebih detil terlebih dahulu definisi kurikulum
secara luas.
Istilah kurikulum pada
mulanya dalam dunia statistic pada zaman yunani kuno, yang berasal dari kata
curir yang artinya pelari, dan curere artinya tempat berpacu atau tempat
berlomba. Sedangkan kurikulum berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari.
Dalam arti sempit atau tradisional kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran
disekolaah atau perguruan tinggi yang harus ditempuh untuk mendapatkan ijazah
atau naik tingkat. Sedangkan dalam arti luas atau modern kurikulum merupakan
pengalaman, kegiatan dan pengetahuan murid dibawah bimbingan dan tanggung jawab
sekolah atau guru. Hal ini sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Nasution bahwa
secara modern, kurikulum mempunyai pengertiam tidak hanya sebatas mata
pelajaran tapi menyangkut pengalaman-pengalaman diluar sekolah sebagai kegiatan
pendidikan. Beberapa ahli pendidikan telah membuat deskripsi yang berbeda-beda
tentang kurikulum, meski ada kesamaan arti diantaranya yaitu:
- Ralp Tyler (1949) mendefinisikan kurikulum sebagai
semua pelajaran-pelajaran murid yang dirncanakan dan dilakukan oleh pihak
sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikannya.
- E. Eisner (1979) mengatakan bahwa dengan kurikulum kita
mengartikannya dengan pengalaman-pengalaman yang ditawarkan kepada murid
dibawah petunjuk dan bimbingan sekolah.
- A. Glattorn (1987) mendefinisikan kurikulum ialah
rencana-rencana itu dibuat untuk membimbing dalam belajar disekolah
biasanya meliputi dokumen, level secara umum, dan aktualisasi dari
rencana-rencana itu dikelas, sebagai pengalaman murid yang telah dicatat
dan ditulis oleh seorang ahli, pengalaman-pengalaman tersebut ditempatkan
dalam lingkungan belajar yang juga mempengaruhi apa yang dipelajari.[1]
Adapun makna semantic
kurikulum dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
- Kurikulum secara Tradisionalà mata pelajaran yang
diajarkan disekolah atau bidang studi.
- Kurikulum secara Modernà semua pengalaman actual yang
dimiliki siswa dibawah pengaruh sekolah, sementara bidang studi adalah
bagian kecil dai program kurikulum secara keseluruhan.
- Kurikulum masa Kinià strategi yang digunakan untuk
mengadaptasikan pewarisan cultural dalam mencapai tujuan sekolah.
Dari berbagai macam
pengertian kurikulum tersebut baik secara bahasa, istilah maupun arti kurikulum
berdasarkan para ahli, maka manajemen kurikulum dapat diartikan proses
mengelola kurikulum. Namun dapat diartikan juga Manajemen kurikulum adalah
sebuah proses atau sistem pengelolaan kurikulum secara kooperatif, komprehensif
dan sistematik untuk mengacu ketercapaian tujuan kurikulum yang sudah
dirumuskan. Dalam proses manajemen kurikulum tidak lepas dari kerjasama sosial
antara dua orang atau lebih secara formal dengan bantuan sumber daya yang
mendukungnya. Pelaksanaanya dilakukan dengan metode kerja tertentu yang efektif
dan efisien dari segi tenaga dan biaya, serta mengacu pada tujuan kurikulum
yang sudah ditentukan sebelumnya.
Dalam pelaksanaanya,
pengembangan kurikulum harus berdasarkan dan disesuaikan dengan kurikulum yang
telah dirumuskan oleh kemendiknas apaabila sekarang menggunakan kurikulum 2013,
kalau dahulu menggunakan KTSP. Dengan pengertian, bahwa manajemen kurikulum itu
memang atas dasar konteks desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah. Suatu
intitusi pendidikan diberi kebebasan untuk menentukan kebijakan dalam merancang
dan mengelola kurikulum menurut kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
Pemerintah hanya menetapkan standar nasional dan untuk pengembanganya
diserahkan sepenuhnya kepada lembaga sekolah dan madrasah terkait.
E. Mulyasa mengatakan
bahwa desentralisasi pendidikan dan otonomi daerah diberlakukan untuk
memberikan keluasan pada sekolah dan perlibatan masyarakat untuk mengelola
sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikanya sesuai prioritas
kebutuhan dengan seefisien mungkin untuk mencapai hasil yang optimal. Tidak
hanya itu dengan pemberdayaan sekolah lewat pemberian otonomi adalah bentuk
tanggap dari pemerintah terhadap tuntutan masyarakat dan pemerataan pendidikan.
B. Fungsi dan Prinsip
Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum
ini tidak hanya berfungsi untuk peserta didik tetapi juga berfungsi untuk
pendidik (guru). Adapun fungsi kurikulum terhadap peserta didik yakni dimana
kurikulum sebagai organisasi pengalaman belajar disusun dan disiapkan untuk murid
sebagai salah satu “konsumen”. Dengan ini diharapkan mereka akan dapat sejumlah
pengalaman baru yang kelak dapat dikembangkan seirama dengan perkembangannya
guna melengkapi bekal hidupnya. Sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan,
kurikulum diharapkan mampu menawarkan program-program pada anak didik yang akan
hidup pada zamannya, dengan latar belakang sosiohistoris dan cultural yang
berbeda dengan zaman dimana kedua orang tuanya berada. Sedangkan fungsi
kurikulum bagi guru yakni sebagai:
1. Pedoman kerja dalam menyusun dan
mengorganisasikan pengalaman belajar pada anak didik.
2. Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap
perkembangan anak didik dalam rangka meyerap sejumlah pengalaman yang
diberikan.
Dengan adanya
kurikulum, sudah barang tentu tugas pendidik sebagai pengajar dan pendidik
lebih terarah. Pendidik juga merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
dan sangat penting dalam proses pendidikan, dan merupakan salah satu komponen
yang berinteraksi secara aktif dengan anak didik dalam pendidikan. Sebagai
pedoman, kurikulum dijadikan alat yang berfungsi untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan. Kurikulum suatu sekolah memuat uraian mengenai jenis-jenis program
apa yang dilaksanakan sekolah tersebut.
Ada beberapa prinsip
yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum, diantaranya
yaitu:
- Produktivitas à hasil yang akan diperoleh dalam
kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam
manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat
mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi
sasaran dalam manajemen kurikulum.
- Demokratisasi à pelaksanaan manajemen kurikulum harus
berasaskan demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek
didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh
tanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
- Kooperatif à untuk memperoleh hasil yang diharapkan
dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya kerjasama yang positif
dari berbagai pihak yang terlibat.
- Efektivitas dan efisiensi à rangkaian kegiatan
manajemen kurikulum harus mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi untuk
mencapai tujuan kurikulum sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut
memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relatif
singkat.
- Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan
dalam kurikulum à proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan
mengarahkan visi, misi, dan tujuan kurikulum.
Sedangkan menurut Nana
Syaodih S prinsip pengembangan kurikulum terbagi menjadi dua prinsip yaitu:
1. Prinsip Umum
a.
Prinsip Relevansi
ada dua macam
relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevansi keluar dan relevansi
dalam. Relevansi keluar maksudnya tujuan, isi dan proses belajar yang tercakup
dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan
perkembangannya. Sedangkan relevansi dalam yaitu adanya kesesuaian atau
konsistensi antara komponen-komponen kurikulum yaitu antara tujuan, isi, proses
penyampaian, dan penilaian.
b.
Prinsip Fleksibilitas
kurikulum hendaknya
bersifat fleksibel, yakni dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya
penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan dan
latar belakang anak.
c.
Prinsip Kontinuitas
kesinambungan.
Perkembangan dan proses belajar anak berlansung secara berkesinambungan, tidak
terputus-putus atau berhenti-henti.
d.
Prinsip Praktis
mudah dilaksanakan
dengan menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah.
e.
Prinsip Efektivitas
walaupun kurikulum
harus murah dan sederhana tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan.
2. Prinsip Khusus
a.
Prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidikan.
b.
Prinsip yang berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan.
c.
Prinsip yang berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar.
d.
Prinsip yang berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran.
e.
Prinsip yang berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
C. Manajemen Perencanaan
Kurikulum
Perencanaan kurikulum
adalah suatu proses sosial yang kompleks dan menuntut berbagai jenis tingkat
pembuatan keputusan kebutuhan untuk mendiskusikan dan mengkoordinasikan proses penggunaan
model-model aspek penyajian kunci. Sebagaimana pada umumnya rumusan model
perencanaan harus berdasarkan asumsi-asumsi rasionalitas dengan pemrosesan
secara cermat. Proses ini dilaksanakan dengan pertimbangan sistematik tentang
relevansi pengetahuan filosofis (isu-isu pengetahuan yang bermakna), sosiologis
(argumen-argumen kecenderungan sosial), dan psikologi (dalam menentukan urutan
materi pelajaran).
Perencanaan kurikulum
dijadikan sebagai pedoman yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber peserta
yang diperlukan, media penyampaian, tindakan yang perlu dilakukan, sumber
biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol, dan evaluasi untuk
mencapai tujuan organisasi. Dengan perencanaan akan memberikan motivasi pada
pelaksanaan sistem pendidikan sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.
Kegiatan inti pada perencanaan adalah merumuskan isi kurikulum yang memuat
seluruh materi dan kegiatan yang dalam bidang pengajaran, mata pelajaran,
masalah-masalah, proyek-proyek yang perlu dikerjakan. Isi kurikulum dapat
disusun sebagai berikut:
- Bidang-bidang keilmuan yang terdiri atas ilmu-ilmu
sosial, administrasi, ekonomi, komunikasi, IPA, matematika, dan lain-lain.
- Jenis-jenis mata pelajaran disusun dan dikembangkan
bersumber dari bidang-bidang tersebut sesuai dengan tuntutan program.
- Tiap mata pelajaran dikembangkan menjadi satuan-satuan
bahasan atau standar kopetensi dan kopetensi dasar.
- Tiap-tiap mata pelajaran dikembangkan dalam bentuk
silabus.
Dari rumusan
perencanaan di atas penulis menyimpulkan bahwa kurikulum itu tidak hanya memuat
pada rangkaian susunan mata pelajaran, tetapi juga memuat seluruh aspek
kegiatan pendidikan dan pendukung-pendukungnya. Hanya saja dalam perumusan
lebih banyak difokuskan pada perencanaan pengajaran dengan menyusun materi
ajar. Karena materi pelajaran adalah sesuatu yang dianggap sangat urgen dalam
kurikulum. Maka dalam perumusannya juga sangat diperlukan adanya landasan yang
kokoh untuk sebagai pedoman.
D. Manajemen
Pengorganisasian dan Pelaksanaan Kurikulum
Manajemen pengorganisasian
dan pelaksanaan kurikulum adalah berkenaan dengan semua tindakan yang
berhubungan dengan perincian dan pembagian semua tugas yang memungkinkan
terlaksana. Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum
yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta
mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif. Pengorganisasi kurikulum sangat terkait dengan
pengaturan bahan pelajaran yang ada dalam kurikulum, sehingga dalam hal ini,
ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengorganisasian
kurikulum, di antaranya:
Ruang lingkup dan
urutan bahan pelajaran dalam hal ini yang menjadi pertimbangan dalam penentuan
materi pelajaran adalah adanya integrasi antara aspek masyarakat (yang mencakup
nilai budaya dan sosial) dengan aspek siswa (yang mencakup minat, bakat dan
kebutuhan). Dan dalam hal ini, bukan hanya materi pelajaran yang harus
diperhatikan, tetapi bagaimana urutan bahan tersebut dapat disajikan secara
sistematis dalam kurikulum. Kontinuitas kurikulum dalam hal ini yang perlu
diperhatikan dalam pengorganisasian kurikulum adalah yang berkaitan dengan
substansi bahan yang dipelajari siswa, agar jangan samapi terjadi pengulangan
ataupun loncat-loncat yang tidak jelas tingkat kesukarannya.
Keseimbangan bahan
pelajaran dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah kesesuaian bahan
pelajaran dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang terus
terjadi. Oleh sebab itu dalam pengorganisasian kurikulum keseimbangan substansi
isi kurikulum harus dilihat secara komprehensif untuk kepentingan siswa sebagai
individu, tuntutan masyarakat, maupun kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Maka dalam penentuan bahan pelajaran, aspek estetika,
intelektual, moral, sosial-emosional, personal, religius, seni-aspirasi dan
kinestetik, semuanya harus terakomodasi dalam isi kurikulum.
Alokasi waktu dalam
hal ini yang menjadi perhatian adalah alokasi waktu yang dibutukan dalam
kurikulum harus sesuai dengan jumlah materi yang disediakan. Maka untuk itu,
penyusunan kalender pendidikan untuk mengetahui secara pasti jumlah jam tatap
muka masing-masing pelajaran merupakan hal yang terpenting sebelum menetapkan
bahan pelajaran.
Dalam manajemen, pelaksanaan
kurikulum bertujuan supaya kurikulum dapat terlaksana dengan baik. Dalam hal
ini manajemen bertugas menyediakan fasilitas material, personal dan
kondisi-kondisi supaya kurikulm dapat terlaksana. Pelaksanaan kurikulum dibagi
menjadi dua:
1. Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, yang
dalam hal ini langsung ditangani oleh kepala sekolah. Selain dia bertanggung
jawab supaya kurikulum dapat terlaksana di sekolah, dia juga berkewajiban
melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun kalender akademik yang akan
berlangsung disekolah dalam satu tahun, menyusun jadwal pelajaran dalam satu
minggu, pengaturan tugas dan kewajiban guru, dan lain-lain yang berkaitan
tentang usaha untuk pencapaian tujuan kurikulum.
2. Pelaksanaan kurikulum tingkat kelas, yang
dalam hal ini dibagi dan ditugaskan langsung kepada para guru. Pembagian tugas
ini meliputi:
a.
Kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar.
b.
Pembinaan kegiatan ekstrakulikuler yang berada diluar ketentuan kurikulum
sebagai penunjang tujuan sekolah.
c.
Kegiatan bimbingan belajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi yang
berada dalam diri siswa dan membantu siswa dalam memecahkan masalah.
E. Manajemen Pemantauan
dan Penilaian Kurikulum
Pemantauan kurikulum
adalah pengumpulan informasi berdasarkan data yang tepat, akurat, dan lengkap
tentang pelaksanaan kurikulum dalam jangka waktu tertentu oleh pemantau ahli
untuk mengatasi permasalahan dalam kurikulum. Pelaksanaan kurikulum di dalam
pendidikan harus dipantau untuk meningkatkan efektifitasnya. Pemantauan ini
dilakukan supaya kurikulum tidak keluar dari jalur. Oleh sebab itu seorang yang
ahli menyusun kurikulum harus memantau pelaksanaan kurikulum mulai dari
perencanaan sampai mengevaluasinya.
Sesungguhnya untuk
mengetahui keefektifan pelaksanaan kurikulum yang dilakukan oleh guru, biasanya
kepala sekolah melalui monitoring pelaksanaan kurikulum dapat menghimpun dan
menganalisa data yang diperlukan untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulum
mendatang. Dalam tataran praktis, pemantauan kurikulum memuat beberapa aspek
diantaranya:
1. Peserta didik dengan mengidentifikasi pada
cara belajar, prestasi belajar, motivasi belajar, keaktifan, kreativitas,
hambatan dan kesulitan yang diahadapi.
2. Tenaga pengajar dengan memantau pada
pelaksanaan tanggung jawab, kemampuan kepribadian, kemampuan kemasyarakatan,
kemampuan profesional, dan loyalitas terhadap atasan.
3. Media pengajaran dengan melihat pada jenis
media yang digunakan, cara penggunaan media, pengadaan media, pemeliharaan dan
perawatan media.
4. Prosedur penilaian instrument yang dihadapi
siswa, pelaksanaan penilaian, pelaporan hasil penilaian.
5. Jumlah lulusan kategori, jenjang, jenis
kelamin, kelompok usia, dan kualitas kemampuan lulusan.
F.
Perbaikan Kurikulum
Kurikulum
suatu pendidikan itu tidak bisa bersifat selalu statis, akan tetapi akan
senantiasa berubah dan bersifat dinamis. Hal ini dikarenakan kurikulum itu
sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang menuntutnya untuk melakukan
penyesuaian supaya dapat memenuhi permintaan. Permintaan itu baik dikarenakan
adanya kebutuhan dari siswa dan kebutuhan masyarakat yang selalu mengalami
perkembangan dan pertumbuhan terus menerus.
Perbaikan
kurikulum intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat
disoroti dari dua aspek yakni proses dan produk. Kriteria proses menitik
beratkan pada efisiensi pelaksanaan kurikulum dan sistem intruksional, serta
bertujuan untuk mengetahui dan meramalkan rencana dan pelaksanaannya. Sedangkan
kualitas produk melihat pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai dan output
(kelulusan siswa). Berkaitan dengan prosedur perbaikan, seluruh komponen sumber
daya manusia seperti administrator, pemilik sekolah, kepala sekolah, guru-guru,
siswa, serta masyarakat juga mempunyai peran yang besar. Tanggung jawab
masing-masing harus dirumuskan secara jelas. Selain itu aspek evaluasi juga
harus dikaji sejak awal perencanaan program perbaikan kurikulum. Dengan
evaluasi yang tepat dan data informasi yang akurat akan sangat diperlukan dalam
membuat keputusan kurikulum dan intruksional.
G.
Pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan kurikulum
Pengembangan
kurikulum disekolah menuntut kreativitas pihak-pihak terkait dengan sekolah,
sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi peserta didik, sekolah dan sosial
budaya masyarakat disekitar sekolah berada, dan dimungkinkan untuk memasukkan
muatan local sesuai kebutuhan masyarakat. Untuk itu, peran aktif mereka dalam
pengembangan kurikulum sangat berpengaruh terhadap efektivitas institusi
sekolah dan menjadikan sekolah satu dengan sekolah lainnya berbeda sebagai
cirri khas sesuai dengan visi dan misinya. Adapun pihak-pihak yang terkait
dalam pengembangan kurikulum disekolah adalah sebagai berikut:
1. Guru dan Peserta Didik
Guru memegang peranan
yang sangat penting, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia
adalah perencanaan pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Guru
merupakan barisan pengembang kurikulum yang terdepan maka guru pulalah yang
selalu melakukan evaluasi dan penyempurnaan terhadap kurikulum. Selain itu juga
didalam guru berperan sebagai komunikator, motivator belajar, pengembangan
media belajar, pencoba, penyusun organisasi, manajer sistem pembelajaran,
pembimbing baik disekolah maupun dimasyarakat dalam hubungan pelaksanaan long
life education. Berkat keahliannya tersebut maka seorang guru mampu mendorong
kreatifitas anak.
2. Kepala Sekolah
Keberhasilan
pendidikan disekolah dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah. Oleh karena
itu, kepala sekolah dituntut dapat berperan aktif dengan memberikan segala
kemampuannya secara terus menerus dengan mencurahkan waktu, tenaga dan
pikirannya untuk memimpin sekolah. Peran kepala sekolah dalam pengembangan
kurikulum begitu vital. Sehingga setiap kebijakan, kemampuan, visi, respon dan
kreativitasnya menghadapi perubahan kurikulum turut berperan besar bagi
pengembangan kurikulum.
3. Komite Sekolah
Peran masyarakat untuk
mendukung keberhasilan pendidikan di sekolah sangat tinggi. Oleh karena itu,
ditiap sekolah dibentuk lembaga perwakilan masyarakat dan orang tua wali
peserta didik yang disebut badan pembantu pelaksanaan pendidikan (BP3) dan
komite sekolah. Disamping sebagai penyandang dana dan jembatan antara hubungan
masyarakat dengan sekolah, komite sekolah juga berperan sebagai lembaga kontrol
terhadap kegiatan sekolah. Keterlibatan komite sekolah dalam pendidikan di
sekolah merupakan realisasi tanggung jawab, kepercayaan dan harapan warga
masyarakat dalam menyerahkan anaknya untuk dididik di sekolah. Selain itu,
Orang tua juga mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan kurikulum, karena
dalam hal ini diperlukan kerjasama yang sangat erat antara guru (pihak sekolah)
dan para orang tua murid agar setiap kegiatan-kegiatan tersebut memberikan
umpan balik bagi penyempurnaan kurikulum secara simultan.
4. Pemerintah
Pengembangan kurikulum
yang dilakukan di sekolah idealnya dipandu oleh pihak pemerintah. Misalnya
departemen agama sebagai penanggung jawab bidang pendidikan agama, departemen
pendidikan nasional sebagai penanggung jawab bidang pendidikan umum dan
sebagainya. Dimana peran pemerintah dalam pengembangan kurikulum adalah
menyusun dasar-dasar hukum, menyusun kerangka dasar serta program inti
kurikulum. Kerangka dasar dan program inti tersebut akan menentukan minimal
course yang dituntut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan
yang telah penulis sampaikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa manejemen
kurikulum merupakan sebuah proses atau sistem pengelolaan kurikulum secara
kooperatif, komprehensif dan sistematik untuk mengacu ketercapaian tujuan
kurikulum yang sudah dirumuskan. Dalam proses manajemen kurikulum tidak lepas
dari kerjasama sosial antara dua orang atau lebih secara formal dengan bantuan
sumber daya yang mendukungnya. Pelaksanaanya dilakukan dengan metode kerja
tertentu yang efektif dan efisien dari segi tenaga dan biaya, serta mengacu
pada tujuan kurikulum yang sudah ditentukan sebelumnya. Adapun pihak yang
berperan dalam pembentukan kurikulum yakni pemerintah, pihak sekolah, yayasan
dan komite sekolah. Sedangkan untuk problematika dalam pengembangan kurikulum
terdapat pada kualitas guru itu sendiri, Kepala Sekolah dan Pengurus Yayasan,
Pengawas Pendidikan, Komite Sekolah dan Masyarakat. Berbagai macam problematika
tersebut, maka peran seorang pemimpin dalam mengatasi probelematika yang ada yakni
dengan selalu melakukan evaluasi terhadapa kinerja yang dilakukan oleh para
karyawan dan para guru, lalu menekankan kedisiplinan guru dan karyawan karena
dan yang terakhir selalu terbuka dengan siapa saja.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
- Anim Nurhayati, Inovasi Kurikulum; Telaah terhadap
Pengembangan Kurikulum Pendidikan Pesantren, Yogyakarta: Teras, 2010.
- Dadang Suhardan dkk, Manajemen Pendidikan, Bandung;
Alfabeta,2009.
- Husaini Usman, Manajemen; Teori Praktik dan Riset
Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
- Muhaimin, dkk., Manajemen Pendidikan; Aplikasinya dalam
Penyususnan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, Jakarta: Kencana, 2009.
- Nik Haryati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam,
Bandung: Alfabeta, 2011.
- Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum,
Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006.
- Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama
Islam, Yogyakarta: Magnum Pustaka, 2010.
- Rusman, Manajemen Kurikulum,Jakarta: Rajawali Pers,
2009.
- Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, Yogyakarta:
Teras, 2009.
- Zainal Arifin, Antologi Pendidikan Islam; Manajemen
Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah
UIN Sunan Kalijaga, 2010.
1xbet | 1xbet | Bet with a Bonus - RMC | Riders Casino
ReplyDelete1XBet allows you to bet on any favourite horse races or gri-go.com any other sporting event. ✓ Get up to casinosites.one £300 1xbet app + https://febcasino.com/review/merit-casino/ 200 Free Spins 바카라 사이트 No Deposit