Thursday 1 January 2015

Menggunakan Permainan Pada Pelatihan Partisipatif

 Menggunakan Permainan
Pada Pelatihan Partisipatif

Pada pelatihan yang dikembangkan dengan pendekatan partisipatif, pengendalian kondisi dan suasana pelatihan merupakan hal yang tidakdapat dianggap ringan perannya. Karena pelatihan juga menekankan pada proses, maka kondisi yang terbangun selama pelatihan akan mempengaruhi pencapaian output darinya. Dengan kata lain menjaga dinamika kelas atau peserta adalah penting. Dinamika kelas harus sejak dini ‘direkayasa’ sedemikian rupa agar keterlibatan seluruh warga pelatihan tetap tinggi. Salah satu masalah yang sering timbul dalam pelatihan partisipatif adalah tidak terciptanya suasana dan iklim pelatihan yang baik, karena belum menyatunya peserta dengan pendekatan pelatihan yang ada. Misalnya, pemahaman akan norma pendekatan partisipatif atau perasaan satu tim seluruh warga belajar.
Berdasarkan pengalaman, kegiatan bersama (satu tim) akan timbul apabila semua menyadari bahwa mereka melakukan secara spontan, terbuka dan penuh kehangatan serta tidak dibuat-buat. Untuk itulah bentuk ‘kepemimpinan’ dalam pelatihan harus didistribusikan secara merata kepada seluruh warga belajar, agar dinamika terjaga.
Pada pelatihan yang berdurasi relatif panjang, atau dengan pendekatan yang monoton dan kurang melibatkan peserta, kegairahan peserta dalam mengikuti setiap materi menjadi menurun. Ini merupakan bagian yang berat bagi fasilitator. Untuk itu rangkaian materi dalam pelatihan harus diselingi dengan kegiatan "pemecah kebekuan" atau "ice breaker" dan pembangkit daya dan dinamika atau "energiser".
Secara umum pembentukan suasana ditujukan antara lain untuk : memecahkan kebekuan suasana pelatihan, merangsang minat dan perhatian peserta pelatihan, menghantarkan suatu pokok bahasan tertentu yang menjadi materi utama kegiatan yang bersangkutan, menciptakan kondisi yang berimbang antara pelatih dan peserta, serta antar peserta yang ‘berbeda’ level, Tidak ada teori khusus yang dikembangkan mengenai "pemecah kebekuan" ini. Pada dasarnya ketrampilan ini dikembangkan lewat pengembangan kepekaan yang tinggi seorang fasilitator dalam memproses pelatihan.
Orang awam sering bilang, jam terbanglah yang menentukannya, sebagaimana filosofi pelatihan yang mengembangkannya, yakni pelatihan berdasar pengalaman (pelatihan orang dewasa). Kuncinya adalah keberanian bereksperimen. Namun demikian, dengan merujuk tujuan di atas, setidaknya ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam penyajiannya. Kalau tidak, salah-salah kelucuan yang ingin ditampilkan dalam ice breaker menjadi tidak tercipta sama sekali. Ada beberapa catatan tentang pemanfaatan permainan dalam pelatihan tersebut diantaranya adalah :
Isi
Ada beragam bahan untuk memecah "es" ini. Tidak selalu dengan permainan. Cerita pendek dan fiktif bisa disajikan sebagai bahan lain, atau kegiatan lain. Yang penting dia sama sekali berbeda dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya. Permainan, kurang sesuai diberikan sebagai pemecah kebekuan bila dalam pelatihan telah banyak menggunakan metodologi games (permainan). Ingat, permainan sebagai ice breaker dan permainan sebagai metode pelatihan adalah sama dan tidak sebangun, alias bisa berbeda. Isi ice breaker yang sama bisa digunakan untuk materi yang berbeda, kemampuan fasilitator meramu yang menentukan keberhasilannya.
Waktu
Penyajian ice-breaker juga mesti mengingat waktu. Artinya tidak bisa terlalu sering, karena bahkan akan membosankan. Demikian halnya, harus diingat waktu yang dibutuhkan dalam memproses bahan ice breaker. Ice breaker dengan model permainan, biasanya memakan waktu relatif lama. Untuk itu harus dipertimbangkan dengan waktu untuk materi utama, kecuali bila dimaksudkan untuk menghantar.
Cara dengan permainan panjang ini akan cukup manjur dilakukan bila "es sangat beku" seperti kondisi mengantuk atau proses perdebatan yang terjadi "susah disimpulkan". Misalnya diskusi yang seru tentang perlu atau tidaknya IPNU-IPPNU masuk ranah Politik. Kepekaan Anda sebagai fasilitator yang menentukannya.
Peserta
Mengingat waktu dan isi, ditambah lagi dengan kondisi lokasi / tempat, boleh jadi ice breaker tidak dapat melibatkan semua orang. Yang penting diingat adalah, kepekaan memilih pesertanya. Bila ice breaker ditujukan untuk memecah kebekuan kelas, usahakan suatu bentuk yang melibatkan semua orang. Bila kelas terasa didominasi
sebagian orang, dalam ice breaker inilah saatnya untuk "mengabaikan" mereka dan memilih mereka yang "terabaikan", terutama perempuan. Untuk membangkitkan keberanian mereka, pilih proses yang mudah atau manipulasi permainan, sehingga mereka mampu melakukannya dan membangkitkan kepercayaan dirinya.
Materi Ice Breaker (Permainan) Lainnya :
  1. Menghubungkan titik sembilan
  1. Lempar spidol
  1. Kartu berpasangan
  1. Permainan tali berpasangan
  1. Membuat garis sepanjang mungkin
  1. Menggambar titik di tengah lingkaran
  1. Samson dan Delilah
  1. Membuat lingkaran/lubang
  1. Tes tiga menit
  1. Kapal tenggelam
  1. Membersihkan cermin
  1. Tebak cepat
  1. Balon berpasangan
  1. Menggambar simbol


Ingat, fasilitator adalah bagian dari warga pelatihan. Libatkan secara penuh diri anda dalam kegiatan di dalamnya, termasuk proses "ice breaker".
Proses
Tidak jarang, seorang fasilitator "hambar" dalam menyajikan ice breaker. Ini disebabkan, ice breaker hanya dianggap dan diperlakukan sekadar sebagai permainan. Padahal sebenarnya, dalam pelatihan orang dewasa, setiap kegiatan indah untuk dikaji. Untuk itu bahan ice breaker perlu diolah sehingga enak untuk disajikan dan menjadi bagian yang memperkaya keseluruhan tubuh pelatihan. Memproses suatu kegiatan ice breaker sama "menyenangkan" atau "menjengkelkannya" dengan memproses materi inti pelatihan.
Dengan demikian, jangan biarkan setiap permainan atau kelucuan dalam ice breaker berlalu tanpa mengkaji makna yang dikandungnya. Dengan demikian kemampuan bertanya atau mengungkap arti dibalik permainan adalah kuncinya.

Alat bantu
Pada beberapa kegiatan, ice breaker disajikan dengan menggunakan alat dan bahan pembantu. Bila harus demikian, pandai-pandailah memilih alat bantu yang sesuai dengan kondisi peserta. Hindari pemakaian alat atau bahan yang susah didapat di lokasi. Hal ini penting, sehingga peserta dapat mereplikasikannya selepas pelatihan dengan bahan yang ada. Pemakaian bahan yang mahal juga akan menimbulkan dampak kurang baik, karena dapat mengundang pemikiran peserta mengenai "kemewahan" suatu proses pelatihan. Prinsip ini sama dengan prinsip pemilihan alat bantu belajar dalam pelatihan secara umum. Memperbanyak alat-alat bantu visual akan memudahkan memproses serta diingat oleh peserta pelatihan.
Kaidah-Kaidah Umum
Kaidah umum, adalah nilai umum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Hal ini menyangkut nilai sosial, agama, budaya (tata krama), dan bahasa, termasuk bahasa tubuh. Hal-hal tersebut juga berlaku dalam penyajian ice breaker. Misalnya, ice breaker mana yang tepat digunakan untuk pelatihan pejabat, petani, orang tua, perempuan dan lain-lain. Meskipun pada dasarnya setiap bahan ice breaker bisa diproses untuk siapa saja, namun ada baiknya anda sebagai fasilitator memperhatikan hal ini, bila anda belum terampil meramunya. Ini lebih baik, daripada memaksakan, dan akhirnya merusak suasana pelatihan secara keseluruhan. Ukurannya adalah kepantasan !!
Contohnya : permainan yang dilakukan secara berpasangan, sebaiknya hati-hati memilih pasangan dalam permainan. Pasangan pria – wanita sebaiknya dihindari bila anda belum begitu mengenal kondisi peserta (bisa menjadi hal yang sensitif).



No comments:

Post a Comment