Pendidikan
Lebaran
"Tiap-tiap
orang jadi guru, tiap-tiap rumah jadi perguruan”. Ki Hajar
Dewantara
Menjelang
lebaran hingga beberapa hari kedepan, semua lembaga pendidikan di Indonesia
telah diliburkan, namun apabila melihat kutipan diatas yang pernah diungkapkan
oleh Ki Hajar Dewantara dapat difahami bahwa liburan hanya pada lembaga pendidikan yang tersistem dalam
bentuk sekolah, tapi proses pendidikan tetap berlanjut hingga nafas berhasil
berhenti dalam tubuh kita, karena setiap orang adalah guru dan setiap rumah
adalah perguruan, hanya bagi orang-orang yang menyadari akan hal itu yang dapat
memperoleh ilmu, baik budi pekerti maupun pikiran.
Kegiatan
lebaran selalu hadir selama setahun sekali dalam kehidupan manusia, lebaran
adalah hari raya idul fitri, yg biasa juga diartikan dengan hari kemenangan,
selain itu juga dapat diartikan sebagai kembali kepada kesucian, selain itu,
lebaran juga bisa dijadikan kesempatan untuk mudik kekampung halamannya, bagi
perantau yg telah meninggalkan kampungnya. Namun itu merupakan pengertian
istilah dari hari raya idul fitri, sedangkan pengertian mengenai nilai dari idul
fitri bisa di eksplorasi menjadi tiga poin, diantaranya adalah pendidikan nilai
spiritual, pendidikan nilai sosial, pendidikan nilai pengetahuan, sedangkan
penjabarannya dari ketiga nilai tersebut, dirumuskan sebagai berikut,
Pertama,
pendidkan nilai spiritual dengan saling bermaaf maafan, paham mengenai keislaman mengajarkan kepada
manusia, bahwa pada hari raya idul fitri, semua umat islam di perintahkan agar
saling bermaaf-maafan, setiap individu terhadap individu lain, setiap komunitas
terhadap komunitas lain, setiap individu terhadap komunitas, maupun setiap
komunitas terhadap individu, dengan saling bermaaf-maafan, umat islam dapat
membersihkan diri dan jiwa dari dosa selama setahun hidupnya, bagi yang
mendapatkan kehendak Tuhan, maka manusia bisa kembali fitrah atau suci, dari
fenomena tersebut, bagi manusia yang mampu mengahayati nilai spiritual tersebut, maka akan berdampak
pada nilai positif, yakni ia akan memahami bahwa dengan bermaaf-maafan berhasil
menjadi fitrah-atau suci, maka disetiap ada masalah ia memberanikan untuk
meminta maaf dan bila dimintai maaf ia memaafkan, apabila fenomena tersebut
bisa diplikasikan dalam keseharian, maka peradaban yang damai tanpa pertikaian
akan berhasil dicapai.
Kedua,
pendidikan nilai sosial dengan saling memberi, setiap datangnya lebaran, semua
umat manusia di Indonesia, telah membudayakan dengan saling memberi berupa
materi, baik berupa uang maupun benda, kegiatan tersebut merupakan sebuah
bentuk empati dari orang yang memiliki rezeki lebih kepada orang yang
mendapatkan rezeki kurang, sebuah pembiasaan yang dilakukan setiap tahunnya
tersebut selain berbentuk empati yang memiliki nilai sosial juga terdapat nilai
pendidikan sosial bagi anak-anak hingga remaja agar ia menyadari bahwa rezeki
itu datangnya dari Tuhan dan apabila diberi kelebihan rezeki seharusnya saling
berbagi kepada yang kekurangan dari situlah ia mengetahui kualitas amal yang
diberikan.
Ketiga,
pendidikan nilai pengetahuan dengan saling berbagi pengalaman dan pendapat
kepada keluarga dan lingkungan halamannya yang telah terorganisir dalam sisem
lebaran, tradisi mudik yang terjadi di Indonesia saat lebaran merupakan
kegiatan yang akan mempertemukan beberapa keluarga, kerabat dan teman-teman
yang dulu pernah bersama dan kemudian dipisahkan oleh waktu, pertemuan tersebut
akan mempertemukan keluarga kecil keepada kekuarga kecil, keluarga kecil kepada
keluarga besar dan keluarga besar kepada keluarga besar, dari pertemuan
tersebut berbagi pengalaman merupakan sebuah kegiatan yang selalu menjadi tradisi
pada saat pertemuan lebaran disetiap tahunnya, dari berbagi pengalaman tersebut
akan menghasilkan pendidikan nilai pengetahuan, karena dari berbagi pengalaman
akan menambah pengetahuan bagi yang tidak mengetahui, seperti ungkapan yang
sudah tidak jarang lagi kita dengar "Experience is the best teacher".
Problematika Pendidikan
"Pendidikan
adalah upaya untuk memajukan budi pekerti(kekuatan batin, karakter),
pikiran(intelek), dan jasmani anak didik", Ki Hajar Dewantara.
Masalah
terbesar bagi pendidikan di Indonesia menurut para ahli adalah pendidikan
moralitas pada diri siswa, jauh sebelum pendapat para ahli muncul dipermukaan,
Ki Hajar Dewantara sudah pernah menyampaikan sebagaimana yang sudah dikutip
diatas, bahwa pendidikan adalah upaya untuk memajukan budi pekerti atau
karakter(moral) dan pernyataan tersebut diletakkan pada ungkapan pertama
sebelum pikiran atau intelek, namun pada kenyataannya yang terjadi pada dunia
pendidikan modern, moralitas telah tergeser oleh pikiran(intelek) sehingga
mengakibatkan problematika besar dibidang moral.
Akibat dari
rendahnya moralitas yang dimiliki dan kuantitas masyarakat sudah semakin
membesar yang memiliki problem moral menyebabkan terciptanya budaya nakal,
orang melakukan suatu perbuatan nakal sudah tidak lagi merasa malu, karena
akibat dari rendahnya moral yang menyebabkan terciptanya budaya nakal membuat
imagi yang beredar pada masyarakat bahwa kenakalan adalah suatu hal yang biasa.
Tidak
terpungkiri lagi, bahwa kenakalan yang berhasil mengganggu kenyamanan orang
lain merupakan kenakalan yang seharusnya ditiadakan, seperti contoh kenakalan
yang dilakukan oleh beberapa siswa disekokah-sekokah yang menyebabkan kegaduhan
dengan mengganggu masyarakat sekitar melalui tawuran yang ia aktualisasikan
bersama teman-temannya. Dengan moral yang baik tentu tidak akan mau melakukan
kegiatan tersebut, sebagai contoh yang kedua, kehidupan berpolitik para
politikus elite telah banyak terekspos dimedia, yang terbukti dengan banyaknya
jumlah koruptor, serta perilaku politik dengan melakukan agitasi dan
propagandis terhadap lawan politiknya, itu merupakan sebuah contoh dari moral
yang rendah, dan perbuatan tersebut
tidak bisa ditemukan dalam diri manusia yang memiliki moral baik.
Pada saat
ini merupakan kesempatan yang baik untuk melakukan perbaikan kualitas hidup
dengan memperbaiki moral, setelah mendapatkan pelajaran yang sangat berharga
selama sebulan dibulan ramadhan, dengan menahan hawa nafsu, makan, minum,
marah, maksiat, dll, kemudian membiasakan diri dengan melakukan kegiatan yang
positif, maka saatnya kini menatap lebaran dengan optimis dan mengambil semua
pelajaran yang didapat, semoga moralitas semakin baik. Selamat mudik, selamat
lebaran, selamat hari raya idul fitri, minal aidzin wal faizin mohon maaf lahir
dan batin.
OLEH
MUHAMMAD ARRIZKY ALAMSYAH
No comments:
Post a Comment