Sunday 11 October 2015

Pendidikan Lebaran

Pendidikan Lebaran


           "Tiap-tiap orang jadi guru, tiap-tiap rumah jadi perguruan”. Ki Hajar Dewantara

          Menjelang lebaran hingga beberapa hari kedepan, semua lembaga pendidikan di Indonesia telah diliburkan, namun apabila melihat kutipan diatas yang pernah diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dapat difahami bahwa liburan hanya pada  lembaga pendidikan yang tersistem dalam bentuk sekolah, tapi proses pendidikan tetap berlanjut hingga nafas berhasil berhenti dalam tubuh kita, karena setiap orang adalah guru dan setiap rumah adalah perguruan, hanya bagi orang-orang yang menyadari akan hal itu yang dapat memperoleh ilmu, baik budi pekerti maupun pikiran.

          Kegiatan lebaran selalu hadir selama setahun sekali dalam kehidupan manusia, lebaran adalah hari raya idul fitri, yg biasa juga diartikan dengan hari kemenangan, selain itu juga dapat diartikan sebagai kembali kepada kesucian, selain itu, lebaran juga bisa dijadikan kesempatan untuk mudik kekampung halamannya, bagi perantau yg telah meninggalkan kampungnya. Namun itu merupakan pengertian istilah dari hari raya idul fitri, sedangkan pengertian mengenai nilai dari idul fitri bisa di eksplorasi menjadi tiga poin, diantaranya adalah pendidikan nilai spiritual, pendidikan nilai sosial, pendidikan nilai pengetahuan, sedangkan penjabarannya dari ketiga nilai tersebut, dirumuskan sebagai berikut,

          Pertama, pendidkan nilai spiritual dengan saling bermaaf maafan,  paham mengenai keislaman mengajarkan kepada manusia, bahwa pada hari raya idul fitri, semua umat islam di perintahkan agar saling bermaaf-maafan, setiap individu terhadap individu lain, setiap komunitas terhadap komunitas lain, setiap individu terhadap komunitas, maupun setiap komunitas terhadap individu, dengan saling bermaaf-maafan, umat islam dapat membersihkan diri dan jiwa dari dosa selama setahun hidupnya, bagi yang mendapatkan kehendak Tuhan, maka manusia bisa kembali fitrah atau suci, dari fenomena tersebut, bagi manusia yang mampu mengahayati  nilai spiritual tersebut, maka akan berdampak pada nilai positif, yakni ia akan memahami bahwa dengan bermaaf-maafan berhasil menjadi fitrah-atau suci, maka disetiap ada masalah ia memberanikan untuk meminta maaf dan bila dimintai maaf ia memaafkan, apabila fenomena tersebut bisa diplikasikan dalam keseharian, maka peradaban yang damai tanpa pertikaian akan berhasil dicapai.

          Kedua, pendidikan nilai sosial dengan saling memberi, setiap datangnya lebaran, semua umat manusia di Indonesia, telah membudayakan dengan saling memberi berupa materi, baik berupa uang maupun benda, kegiatan tersebut merupakan sebuah bentuk empati dari orang yang memiliki rezeki lebih kepada orang yang mendapatkan rezeki kurang, sebuah pembiasaan yang dilakukan setiap tahunnya tersebut selain berbentuk empati yang memiliki nilai sosial juga terdapat nilai pendidikan sosial bagi anak-anak hingga remaja agar ia menyadari bahwa rezeki itu datangnya dari Tuhan dan apabila diberi kelebihan rezeki seharusnya saling berbagi kepada yang kekurangan dari situlah ia mengetahui kualitas amal yang diberikan.

          Ketiga, pendidikan nilai pengetahuan dengan saling berbagi pengalaman dan pendapat kepada keluarga dan lingkungan halamannya yang telah terorganisir dalam sisem lebaran, tradisi mudik yang terjadi di Indonesia saat lebaran merupakan kegiatan yang akan mempertemukan beberapa keluarga, kerabat dan teman-teman yang dulu pernah bersama dan kemudian dipisahkan oleh waktu, pertemuan tersebut akan mempertemukan keluarga kecil keepada kekuarga kecil, keluarga kecil kepada keluarga besar dan keluarga besar kepada keluarga besar, dari pertemuan tersebut berbagi pengalaman merupakan sebuah kegiatan yang selalu menjadi tradisi pada saat pertemuan lebaran disetiap tahunnya, dari berbagi pengalaman tersebut akan menghasilkan pendidikan nilai pengetahuan, karena dari berbagi pengalaman akan menambah pengetahuan bagi yang tidak mengetahui, seperti ungkapan yang sudah tidak jarang lagi kita dengar "Experience is the best teacher".

Problematika Pendidikan

   "Pendidikan adalah upaya untuk memajukan budi pekerti(kekuatan batin, karakter), pikiran(intelek), dan jasmani anak didik", Ki Hajar Dewantara.

          Masalah terbesar bagi pendidikan di Indonesia menurut para ahli adalah pendidikan moralitas pada diri siswa, jauh sebelum pendapat para ahli muncul dipermukaan, Ki Hajar Dewantara sudah pernah menyampaikan sebagaimana yang sudah dikutip diatas, bahwa pendidikan adalah upaya untuk memajukan budi pekerti atau karakter(moral) dan pernyataan tersebut diletakkan pada ungkapan pertama sebelum pikiran atau intelek, namun pada kenyataannya yang terjadi pada dunia pendidikan modern, moralitas telah tergeser oleh pikiran(intelek) sehingga mengakibatkan problematika besar dibidang moral.

       Akibat dari rendahnya moralitas yang dimiliki dan kuantitas masyarakat sudah semakin membesar yang memiliki problem moral menyebabkan terciptanya budaya nakal, orang melakukan suatu perbuatan nakal sudah tidak lagi merasa malu, karena akibat dari rendahnya moral yang menyebabkan terciptanya budaya nakal membuat imagi yang beredar pada masyarakat bahwa kenakalan adalah suatu hal yang biasa.

         Tidak terpungkiri lagi, bahwa kenakalan yang berhasil mengganggu kenyamanan orang lain merupakan kenakalan yang seharusnya ditiadakan, seperti contoh kenakalan yang dilakukan oleh beberapa siswa disekokah-sekokah yang menyebabkan kegaduhan dengan mengganggu masyarakat sekitar melalui tawuran yang ia aktualisasikan bersama teman-temannya. Dengan moral yang baik tentu tidak akan mau melakukan kegiatan tersebut, sebagai contoh yang kedua, kehidupan berpolitik para politikus elite telah banyak terekspos dimedia, yang terbukti dengan banyaknya jumlah koruptor, serta perilaku politik dengan melakukan agitasi dan propagandis terhadap lawan politiknya, itu merupakan sebuah contoh dari moral yang  rendah, dan perbuatan tersebut tidak bisa ditemukan dalam diri manusia yang memiliki moral baik.

          Pada saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk melakukan perbaikan kualitas hidup dengan memperbaiki moral, setelah mendapatkan pelajaran yang sangat berharga selama sebulan dibulan ramadhan, dengan menahan hawa nafsu, makan, minum, marah, maksiat, dll, kemudian membiasakan diri dengan melakukan kegiatan yang positif, maka saatnya kini menatap lebaran dengan optimis dan mengambil semua pelajaran yang didapat, semoga moralitas semakin baik. Selamat mudik, selamat lebaran, selamat hari raya idul fitri, minal aidzin wal faizin mohon maaf lahir dan batin.

OLEH                                       
                   MUHAMMAD ARRIZKY ALAMSYAH

No comments:

Post a Comment