perkembangan kognitif anak
A.
PENGERTIAN PERKEMBANGAN
KOGNITIF
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah
pengertian, mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di
dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris,
2006). Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan,
dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Menurut para ahli jiwa aliran
kognitifis, tingkah laku seseorang/anak itu senantiasa didasarkan pada kognisi,
yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu
terjadi.
Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini
menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum
yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka,
pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan,
pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan
yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi
(perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang
menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan mengiterprestasikan obyek dan
kejadian-kejadian di sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri – ciri dan
fungsi dari objek – objek, seperti mainan, perabot dan makanan, serta
objek-objek sosial seperti diri, orang tua, teman. Bagaimana cara anak belajar
mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam
objek-objek atau peristiwa-peristiwa, dan untuk membentuk perkiraan tentang
objek dan peristiwa tersebut.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam
menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi
walaupun proses berfikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah
dimodifikasikan oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga
berperan aktif dalam menginterprestasikan informasi yang ia peroleh dari
pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi
mengenai dunia yang telah ia punya (Hetherington & Parke, 1975).
B. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF
Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut
tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah kompleks. Piaget juga
menyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang melalui serangkaian tahap
pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Kemampuan bayi melalui tahap-tahap
tersebut bersumber dari tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan (melalui asimilasi dan akomodasi) serta adanya pengorganisasian
strukur berfikir. Tahap-tahap pemikiran ini secara kualitatif berbeda pada setiap
individu. Demikian juga, corak pemikiran seorang anak pada satu tahap berbeda
dari corak pemikirannya pada tahap lain. Tahap-tahap perkembangan pemikiran ini
dibedakan piaget atas 4 tahap, yaitu tahap pemikiran sensoris-motorik ,
praoperasioanal, operasional kongkret, dan operasional formal. Akan tetapi,
piaget tidak menetapkan secara tegas batasan-batasan umur pada masing – masing
tahap. Batasan umur pada masing – masing tahap diberikan oleh Ginsburg dan
Opper ( Mussen, et all, 1969 ). Berikut ini akan diuraikan tahap pemikiran masa
bayi, yaitu tahap sensoris – mororik.
Tahap sensoris – motorik berlangsung dari kelahiran hingga kira
– kira 2 tahun. Selama tahap ini, perkembangan mental ditandai dengan kemajuan
pesat dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan
sensasi melalui gerakan – gerakan dan tindakan – tindakan fisik. Dalam hal ini,
bayi yang baru lahir bukan saja menerima secara pasif rangsangan – rangsangan
terhadap alat – alat indranya, melainkan juga aktif memberikan respons terhadap
rangsangan tersebut, yakini melalui gerak – gerak reflek.
Dengan berfungsinya alat – alat indra serta kemampuan melakukan gerakan – gerakan motorik dalam bentuk refleks – refleks, bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungsn dengan dunia sekitarnya. Jadi, pada permulaan tahap sensoris – motorik, bayi memiliki lebih dari sekedar refleks yang digunakan untuk mengkoordinasikan pikirikan dengan tindakan. Pada akhir tahap ini, ketika anak berusia sekitar 2tahun, pola – pola sensoris- motoriknya semakin kompleks dan mulai mengadopsi sesuai sistem simbol yang primitif. Misalnya, anak usia 2 tahun dapat membayangkan sebuah mainan dan memanipulasinya dengan tangannya sebelum mainan tersebut benar – benar ada. Anak juga dapat menggunakan kata – kata sederhana, seperti “mamah melompat” untuk menun jukan telah terjadinya peristiwa sensoris – motorik ( Santrock, 1998 ). Tahap-tahap perkembangan menurut piaget ini diringkas dalam tabel berikut
Tahap
|
Usia/Tahun
|
Gambaran
|
Sensorimotor
|
0 – 2
|
Bayi bergerak dari
tindakan refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran
simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui
pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik
|
Preoperational
|
2 – 7
|
Anak mulai mempresentasikan
dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukan adanya peningkatan
pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensor dan tindak fisik.
|
Concrete operational
|
7 – 11
|
Pada saat ini anak
dapat berfikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkrit dan
mengklasifikasikan benda-benda kedalam bentuk-bentuk yang berbeda.
|
Formal operational
|
11 – 15
|
Anak remaja berfikir
dengan cara yang lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik.
|
Menurut piaget, perkembangan masing-masing tahap tersebut merupakan hasil perbaikan dari perkembangan tahap sebelumnya. Hal ini berarti bahwa menurut teori tahapan piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invarian, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan-perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur berfikir. Dari sudut biologis, piaget melihat adanya sistem yang mengatur dari dalam, sehingga organisme mempunyai sistem pencernaan, peredaran darah, sistem pernafasan, dan lain-lain. Hal yang sama juga terjadi pada sistem kognisi, dimana adanya sistem yang mengatur dari dalam yang kemudian dipengaruhi oleh faktor-faktornya.
No comments:
Post a Comment