Monday 26 October 2015

TSIQOH DALAM ILMU HADIST



PERAWI TSIQOH


Periwayatan orang yang tsiqah dari orang yang tsiqoh hingga sampai kepada nanbi Muhammad SAW dengan sanad yang bersambung adalah suatu keistimewaan yang diberikan Allah kepada umat Islam, tidak ditemukan pada agama-agama lain. Adapun Periwayatan secara mursal dan mu’dhal banyak dijumpai dalam agamaYahudi. Tetapi periwayatan tersebut tidak dapat mendekatkan mereka dengan Musa, sebagaimana dekatnya umat Islam (dalam periwayatan mursal dan mu’dhal ) dengan Nabi saw. Bahkan periwayatan mereka terhenti hanya sampai kepada orang-orang yang berjarak tiga puluh generasi dengan Musa, seperti Syamun dan yang seumpamanya.
Begitu pula halnya dengan agama Nasrani. Mereka juga tidak mempunyai periwayatan seperti umat Islam, kecuali tentang hukum pengharaman thalak. Banyak dijumpai dalam periwayatan kedua agama ini, penukilan yang berasal dari para pendusta dan orang orang yang tidak dikenal. Sementara mengenai perkataan shahabat dan tabiun, tidak mungkin periwayatan dalam agama Yahudi akan sampai kepada para shahabat Nabi (Musa) dan juga kepada para tabiunnya. Adapun Nasrani, paling tinggi periwayatan mereka hanya sampai kepada Syamun dan Paulus.[1]
 

J    jalur Imam Bukhory
Dari jalur al-Bukhary sebagai mukharrij, Nama Asli beliau adalah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizah. Wafat tahun 252 H, Seorang mukharrij yang haffidh yang terkenal dengan kitab Shahih alBukhary, menurut Salamah Bukhariy adalah tsiqah Jalil penguasa orang yang alim hadis, seorang Imam yang hafal seribu hadis shahih, Imam pertama yang meletakkan hadis-hadis shahih dalam kitabnya sebelum di ikuti manusia lainnya. Beliau menerima hadis dari Amr bin Hafsh dengan menggunakan lafadz haddatsana[2].
Amr bin Hafsh bin Ghiyats bin Thalik bin Muawiyah. Wafat tahun 222 H, menurut Abu Khatim dia adalah orang yang tsiqah. Dia berguru hadis dari ayahnya sendiri yang bernama Hafsh bin Ghiyats[3]
Hafsh bin Ghiyats bin Thalik bin Muawiyah bin Malik. Wafat tahun 194/195 H, beliau adalah orang yang tsiqah ma’mun (orang yang dapat memegang amanah) Faqiihun[4]
Guru dari Hafsh adalah Sulaiman bin Mahran al-Asady al-kahily. Wafat tahun 147 H, Amr bin Ali berkata bahwa al-A’masy dinamakan mushaf yang jujur, sedangkan an-Nasa’i dan Ishak bin Mansyur menganggap dia orang yang tsiqah tsubut. Guru dari al-A’masy adalah adh-Dhahak.[5]
Adh-Dhahak bin Syarahil bin Syurahbiil. adh-Dhahak adalah seorang yang tsiqah. Akan tetapi tidak diketahui tahun kapan meninggalnya.[6] Ibrahim bin Yazid bin Qais bin al-Aswad bin amr bin Rabi’ah bin dhuhl. Wafat tahun 96 H, Ibrahim dan adh-Dhahak menerima hadis dari seorang sahabat Nabi yang bernama Abi Sa’id al-Khudry.[7]
Abi Sa’id al-Khudry adalah Sa’id bin Malik bin Sinan bin Ubaid bin Sya’labah bin Ubaid bin al-Akhbary. Wafat tahun 63 / 64 H, dia adalah seorang sahabat Nabi yang menurut Khantalathan bin Sufyan bahwa tidak ada satupun dari dahabat Nabi yang lebih alim dan lebih paham hadis daripada Abi Said alKhadhoriy. 17 Sudah jelas bahwa Abi Sa’id al-Khadry seorang sahabat Nabi yang ahli hadis. Sanad dari jalur al-Bukhary ini kesemuanya muttashil yang bernilai shahih.[8]
        Sanad dari Imam Muslim
Imam Muslim nama aslinya adalah adalah Muslim bin al-Hajjaj alQusyairiy. Wafat tahun 261 H, Ibnu Qasim berkata: Imam Muslim adalah tremasuk seorang muharrij yang tsiqah jalil, penguasa para Imam, Ibnu Khatim: saya menulis tentangnya dia adalah paling tsiqahnya orang yang haffidh dan mengetahui banyak hadis, termasuk salah satu imam Shahihaini. Meriwayatkan addatsana dari gurunya yang bernama Muhammad bin*hadis dengan lafadz h Basyar dan Zuhair bin Harb.[9]
Muhammad bin Bassyar bin Daud bin kisan,. Wafat tahun 252 H,. Menurut an-Nasa’i: dia adalah orang yang shalih yang tidak diragukan, sedangkan al-‘Ijly menganggap semua hadisnya Muhammad bin Basyar adalah tsiqah. keterpautan usia dengan imam Muslim yang hanya 11 tahun menunjukkan bahwa keduanya pernah semasa. [10]
Zuhair bin Harb bin Syadad al-Harsy. Wafat tahun 234 H, Menurut Muawiyah bin Shalih: Tsiqqah, Abu Khatim: Shuduk, Nasa’i: Tsiqah Ma’mun. Muhammad bin Basyar dan Zuhair bin Harb menerima hadis dari Yahya bin Said.[11]
Yahya bin Said bin Farruh al-Qatthan al-Tamimy. Wafat tahun 198 H, menurut Muhammad bin Sa’ad, Yahya adalah orang yang tsiqah ma’mun hujahnya di agungkan, menurut Abu Zar’ah: termasuk paling tsiqqahnya orang haffidh, Nasa’i: Tsiqah stubut[12]
Guru dari Yahya adalah Syu’bah bin al-Hajjaj bin al-ward. Wafat tahun 160 H, menurut Abu Bakar bin Abi al-Aswad: Syu’bah adalah pemimpinnya orang-orang mu’min dalam hadis, menurut Muhammad bin Muhal: paling jujurnya orang dalam periwayatan hadis dan menurut Yahya bin Muin: Syu’bah adalah imamnya orang-orang yang taqwa[13]
Qatadah bin Di’amah bin Qatadah bin Aziz. Wafat tahun 115/118 H, Abu ishak berkata: dia seorang yang tsiqah, Abu Zar’ah: hadisnya adalah hasan. Salim bin Abi al-Ja’di, Rafi’ al-Asyja’i. Wafat tahun 101 H, menurut Ibnu Mu’in, Abu Zar’ah dan Nasa’i dia adalah orang yang tsiqah.[14]
Ma’dan bin Abi Thalhah. Seorang tabi’i besar yang tidak diketahui wafatnya akan tetapi menurut Muhammad bin Sa’ad dan al-Ijly dan Ibnu Hibban: dia orang yang tsiqah. Meriwayatkan hadsi dari Abi Darda’.[15]
Abi Darda’ adalah Uwaimir bin Malik bin Zaid bin Qais. Sahabat Nabi Saw, Wafat tahun 32 H), beliau adalah sahabat yang adil.[16] Masa hidup Nabi dengan Abi Darda’ hanya terpaut 21 tahun, sehingga dipastikan bahwa dia semasa dengan Nabi Saw. Dari jalur ini juga bernilai shahih, karena tidak ada sanad yang terputus dan nilainya semua tsiqah.


[1] Ibn Hazm –  seperti dikutip oleh al-Qasimiy (t.th., 201)
[2] Jamaluddin Ibnu al-Hajjaj Yusuf Al-Maziyi, Tahdzīb Al-Kamā, (Darul Fikr, 1994)
[3] Ibid, Juz 5, 60-68
[4] Ibid, Juz 14, 610.
[5] Ibid, Juz 8, 100-115.
[6] Ibid, Juz 9, 156-157
[7] Ibid, Juz 1, 447-452
[8] Al-Atsqalani, Tahdzīb Al-Tahdzib, (Daru al-Fikr, Bairut, 1995),Juz 3, 418-419
[9] Al-Atsqalani, Tahdzīb Al-Tahdzib, (Daru al-Fikr, Bairut, 1995),Juz 10, 113-115
[10] Al-Maziyi, Tahdzīb Al-Kamāl…, Juz 16, 132-136
[11] Ibid, Juz 6, 335-336.
[12] Ibid, Juz 20, 91-100
[13] Ibid, Juz 15, 344-357
[14] Ibid, Juz 15, 224-232
[15]Al-Atsqalani, Tahdzīb Al-Tahdzib (Daru al-Fikr, Bairut, 1995),Juz 3, 244-245.
[16] Al-Maziyi, Tahdzīb Al-Kamāl…, Juz 14, 465-468

No comments:

Post a Comment